Semboyan Dakwah Walisongo :
Sahabatku Gjlm, kurang lebih lima ratus tahun yang lalu Walisongo berdakwah dan berkeliling kehampir seluruh pulau Jawa, maka dalam masa yang relatif singkat, yang hampir penduduknya beragama Hindu dan Budha, maka berubah menjadi kerajaan Islam Demak. Para Walisongo mempunyai semboyan yang terekam hingga saat ini adalah :
1. Ngluruk Tanpo Wadyo Bolo / Tanpo pasukan
Berdakwah dan berkeliling kedaerah lain tanpa membawa pasukan.
2. Mabur Tanpo Lar/Terbang tanpa Sayap
Pergi kedaerah nan jauh walaupun tanpa sebab yang nampak.
3. Mletik Tanpo Sutang/Meloncat Tanpa Kaki
Pergi kedaerah yang sulit dijangkau seperti gunung-gunung juga tanpa sebab yang kelihatan.
4. Senjoto Kalimosodo
Kemana-mana hanya membawa kebesaran Allah SWT. (Kalimosodo : Kalimat Shahadat)
5. Digdoyo Tanpo Aji
Walaupun dimarahi, diusir, dicaci maki bahkan dilukai fisik dan mentalnya namun mereka seakan-akan orang yang tidak mempan diterjang bermacam-macam senjata.
6. Perang Tanpo Tanding
Dalam memerangi nafsunya sendiri dan mengajak orang lain supaya memerangi nafsunya. Tidak pernah berdebat, bertengkar atau tidak ada yang menandingi cara kerja dan hasil kerja daripada mereka ini.
7. Menang Tanpo Ngesorake/Merendahkan
Mereka ini walaupun dengan orang yang senang, membenci, mencibir, dan lain-lain akan tetap mengajak dan akhirnya yang diajak bisa mengikuti usaha agama dan tidak merendahkan, mengkritik dan membanding-bandingkan, mencela orang lain bahkan tetap melihat kebaikannya.
8. Mulyo Tanpo Punggowo
Dimulyakan, disambut, dihargai, diberi hadiah, diperhatikan, walaupun mereka sebelumnya bukan orang alim ulama, bukan pejabat, bukan sarjana ahli tetapi da’I yang menjadikan dakwah maksud dan tujuan.
9. Sugih Tanpo Bondo
Mereka akan merasa kaya dalam hatinya. Keinginan bisa kesampaian terutama keinginan menghidupkan sunnah Nabi, bisa terbang kesana kemari dan keliling dunia melebihi orang terkaya didunia.
Pesan Walisongo diantaranya pesan Sunan Kalijogo diantaranya adalah :
Yen kali ilang kedunge
Yen pasar ilang kumandange
Yen wong wadon ilang wirange
Enggal-enggal topo lelono njajah deso milangkori ojo bali sakdurunge patang sasi, enthuk wisik soko Hyang Widi, maksudnya adalah : Apabila sungai sudah kering, pasar hilang gaungnya, wanita hilang rasa malunya, maka cepatlah berkelana dari desa ke desa jangan kembali sebelum empat bulan untuk mendapatkan ilham (ilmu hikmah) dari Allah SWT.
Para Walisongo berdakwah dengan mempunyai sifat-sifat diantaranya :
Mempunyai sifat Mahabbah atau kasih sayang
Menghindari pujian karena segala pujian hanya milik Allah SWT
Selalu risau dan sedih apabila melihat kemaksiatan
Semangat berkorban harta dan jiwa
Selau memperbaiki diri
Mencari ridho Allah SWT
Selalu istighfar setelah melakukan kebaikan
Sabar menjalani kesulitan
Memupukkan semua kejagaan hanya kepada Allah SWT
Tidak putus asa dalam menghadapi ketidak berhasilan usaha
Istiqomah seperti unta
Tawadhu seperti bumi
Tegar seperti gunung
Pandangan luas dan tinggi menyeluruh seperti langit.
Berputar terus seperti matahari sehingga memberi kepada semua makhluk tanpa minta bayaran.
Para Walisongo adalah penerus dakwah Nabi Muhammad SAW, sebagai penerus atau penyambung perjuangan, mereka rela meninggalkan keluarga, kampung halaman dan apa-apa yang menjadi bagian dari hidupnya. Para Walisongo rela bersusah payah seperti itu karena menginginkan ridho Allah SWT. Diturunkannya agama adalah agar manusia mendapat kejayaan didunia dan akhirat. Segala kebahagiaan, kejayaan, ketenangan, keamanan, kedamainan dan lain-lainnya akan terwujud apabila manusia taat pada Allah SWT dan mengikuti sunnah baginda Nabi Muhammad SAW secara keseluruhan atau secara seratus persen. Sebagaimana dikatakan dalam Al-Qur’an bahwa ummat Nabi Muhammad SAW diutus kepermukaan bumi adalah khusus mempunyai tanggung jawab penting. Misi pentingnya adalah untuk mengajak manusia dipermukaan bumi ini ke jalan Allah SWT.
Sahabatku Gjlm, kurang lebih lima ratus tahun yang lalu Walisongo berdakwah dan berkeliling kehampir seluruh pulau Jawa, maka dalam masa yang relatif singkat, yang hampir penduduknya beragama Hindu dan Budha, maka berubah menjadi kerajaan Islam Demak. Para Walisongo mempunyai semboyan yang terekam hingga saat ini adalah :
1. Ngluruk Tanpo Wadyo Bolo / Tanpo pasukan
Berdakwah dan berkeliling kedaerah lain tanpa membawa pasukan.
2. Mabur Tanpo Lar/Terbang tanpa Sayap
Pergi kedaerah nan jauh walaupun tanpa sebab yang nampak.
3. Mletik Tanpo Sutang/Meloncat Tanpa Kaki
Pergi kedaerah yang sulit dijangkau seperti gunung-gunung juga tanpa sebab yang kelihatan.
4. Senjoto Kalimosodo
Kemana-mana hanya membawa kebesaran Allah SWT. (Kalimosodo : Kalimat Shahadat)
5. Digdoyo Tanpo Aji
Walaupun dimarahi, diusir, dicaci maki bahkan dilukai fisik dan mentalnya namun mereka seakan-akan orang yang tidak mempan diterjang bermacam-macam senjata.
6. Perang Tanpo Tanding
Dalam memerangi nafsunya sendiri dan mengajak orang lain supaya memerangi nafsunya. Tidak pernah berdebat, bertengkar atau tidak ada yang menandingi cara kerja dan hasil kerja daripada mereka ini.
7. Menang Tanpo Ngesorake/Merendahkan
Mereka ini walaupun dengan orang yang senang, membenci, mencibir, dan lain-lain akan tetap mengajak dan akhirnya yang diajak bisa mengikuti usaha agama dan tidak merendahkan, mengkritik dan membanding-bandingkan, mencela orang lain bahkan tetap melihat kebaikannya.
8. Mulyo Tanpo Punggowo
Dimulyakan, disambut, dihargai, diberi hadiah, diperhatikan, walaupun mereka sebelumnya bukan orang alim ulama, bukan pejabat, bukan sarjana ahli tetapi da’I yang menjadikan dakwah maksud dan tujuan.
9. Sugih Tanpo Bondo
Mereka akan merasa kaya dalam hatinya. Keinginan bisa kesampaian terutama keinginan menghidupkan sunnah Nabi, bisa terbang kesana kemari dan keliling dunia melebihi orang terkaya didunia.
Pesan Walisongo diantaranya pesan Sunan Kalijogo diantaranya adalah :
Yen kali ilang kedunge
Yen pasar ilang kumandange
Yen wong wadon ilang wirange
Enggal-enggal topo lelono njajah deso milangkori ojo bali sakdurunge patang sasi, enthuk wisik soko Hyang Widi, maksudnya adalah : Apabila sungai sudah kering, pasar hilang gaungnya, wanita hilang rasa malunya, maka cepatlah berkelana dari desa ke desa jangan kembali sebelum empat bulan untuk mendapatkan ilham (ilmu hikmah) dari Allah SWT.
Para Walisongo berdakwah dengan mempunyai sifat-sifat diantaranya :
Mempunyai sifat Mahabbah atau kasih sayang
Menghindari pujian karena segala pujian hanya milik Allah SWT
Selalu risau dan sedih apabila melihat kemaksiatan
Semangat berkorban harta dan jiwa
Selau memperbaiki diri
Mencari ridho Allah SWT
Selalu istighfar setelah melakukan kebaikan
Sabar menjalani kesulitan
Memupukkan semua kejagaan hanya kepada Allah SWT
Tidak putus asa dalam menghadapi ketidak berhasilan usaha
Istiqomah seperti unta
Tawadhu seperti bumi
Tegar seperti gunung
Pandangan luas dan tinggi menyeluruh seperti langit.
Berputar terus seperti matahari sehingga memberi kepada semua makhluk tanpa minta bayaran.
Para Walisongo adalah penerus dakwah Nabi Muhammad SAW, sebagai penerus atau penyambung perjuangan, mereka rela meninggalkan keluarga, kampung halaman dan apa-apa yang menjadi bagian dari hidupnya. Para Walisongo rela bersusah payah seperti itu karena menginginkan ridho Allah SWT. Diturunkannya agama adalah agar manusia mendapat kejayaan didunia dan akhirat. Segala kebahagiaan, kejayaan, ketenangan, keamanan, kedamainan dan lain-lainnya akan terwujud apabila manusia taat pada Allah SWT dan mengikuti sunnah baginda Nabi Muhammad SAW secara keseluruhan atau secara seratus persen. Sebagaimana dikatakan dalam Al-Qur’an bahwa ummat Nabi Muhammad SAW diutus kepermukaan bumi adalah khusus mempunyai tanggung jawab penting. Misi pentingnya adalah untuk mengajak manusia dipermukaan bumi ini ke jalan Allah SWT.